Ini dia orang di balik kebocoran data pengguna facebook

livecasino338
Facebook tengah dihantam dengan persoalan kebocoran 50 juta lebih data penggunanya. Kehebohan kabar itu, diletupkan oleh mantan pegawai Cambridge Analytica, Christoper Wylie. Penggunaan data yang melanggar itu, diduga untuk memenangkan Donald Trump dalam konstelasi pilpres Amerika Serikat.

Untuk mengumpulkan data itu, tentu saja tak mudah. Namun, semua itu menjadi mungkin berkat aplikasi kepribadian yang dikembangkan oleh Aleksandr Kogan. Kogan merupakan seorang peneliti dari Universitas Cambridge.

Dilaporkan TheGuardian dan CNN, Rabu (21/3), Kogan mengakui bahwa puluhan juta data yang dikumpulkannya menggunakan aplikasi kepribadian yang dikembangkannya. Dia kemudian menyerahkan data tersebut ke Cambridge Analytica yang meyakinkannya bahwa data yang telah dikumpulkan itu bersifat legal.

Akibat heboh persoalan itu, Kogan mengatakan seperti dijadikan kambing hitam atas ramai kasus tersebut. Pernyataannya itu terlontar kala ia diwawancarai oleh BBC Radio.

Pandangan saya adalah bahwa saya dijadikan sebagai kambing hitam oleh Facebook dan Cambridge Analytica. Saya pikir melakukan sesuatu yang benar-benar tak bermasalah dan normal-normal saja, katanya.
livecasino338
Kogan pun kemudian menceritakan ihwal dari kerja sama antara dirinya dengan Cambride Analytica. Sekadar informasi, Cambridge Analytica tiada hubungan dengan Cambridge University. Kerja sama itu bersifat kerja konsultasi yang bukan untuk mencari laba.
Saya seorang akademisi, saya tidak tahu apa-apa tentang mendirikan perusahaan, kata Kogan.

Saat Anderson bertanya apakah Kogan tahu bahwa data yang ia kumpulkan akan dipakai untuk kepentingan politik, ia mengaku tidak mengetahuinya secara menyeluruh.

Perusahaan analisis data, Cambridge Analytica (CA), dilaporkan terlibat dalam skandal besar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook. Perusahaan yang pernah bekerja dengan tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, itu dituding menggunakan jutaan data untuk membuat sebuah program software yang hebat sehingga bisa memprediksi dan memengaruhi pemilihan suara.

Seorang whistleblower bernama Christopher Wylie, mengungkapkan kepada Observer The Guardian, bagaimana CA menggunakan informasi personal diambil tanpa izin pada awal 2014 untuk membangun sebuah sistem yang dapat menghasilkan profil pemilih individual AS.

Hal ini dilakukan untuk menargetkan mereka dengan iklan politik yang telah dipersonalisasi. CA sendiri merupakan perusahaan yang dimiliki oleh miliarder Robert Mercer dan pada saat itu dimpimpin oleh penasihat utama Trump, Steve Bannon.

"Kami mengekspolitasi Facebook dan "memanen" jutaan profil orang-orang. Kami membuat berbagai model untuk mengeksploitasi apa yang kami tahu tentang mereka dan menargetkan 'isi hati' mereka. Itulah dasar keseluruhan perusahaan dibangun," ungkap Wylie.

Comments

Popular Posts